Magelang (09/08/2024) Pertanian merupakan sektor penting dalam perekonomian Dusun Krutuk, Sukorejo, Tegalreo, Magelang di mana mayoritas penduduknya bergantung pada hasil pertanian sebagai sumber utama perekonomian. Pada dusun ini terdapat satu kelompok tani milenial ”Muda Eksotis” yang mana kelompok ini mengelola lahan bersama maupun lahan individu dibawah bimbingan langsung dari Kecamatan Tegalrejo. Salah satu komoditas unggulan kelompok tani ini adalah cabe, sawi, pakcoy, dan ada tanaman buah alpukat. Namun dalam pengelolaannya para petani sering menghadapi tantangan dalam mengelola lahan mereka, terutama terkait dengan kondisi tanah yang tidak optimal untuk pertumbuhan tanaman.
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah pH dan kelembapan tanah. pH tanah yang tidak sesuai dapat menghambat penyerapan nutrisi oleh tanaman, sementara kelembapan yang tidak seimbang dapat menyebabkan tanaman mengalami stres, baik karena kekurangan maupun kelebihan air. Pada kelompok tani Muda Eksotis ini sendiri banyak petani yang masih menggunakan metode konvensional dalam mengelola lahan mereka yang kurang memperhatikan kondisi tanah secara spesifik. Walaupun sudah disediakan alat ukur pH masih ada beberapa anggota yang kurang bisa dalam penggunaan sehingga ini juga menjadi permasalahan terkait kondisi tanah pada lahan. Hal ini mendorong perlunya solusi yang lebih tepat guna dalam mengoptimalkan pertanian di dusun ini.
Melihat permasalahan tersebut, Ilham Adi Ramadhan mahasiswa Tim II KKN Universitas Diponegoro membuat program monodisiplin untuk mengembangkan sistem monitoring pH dan kelembapan tanah yang dapat diimplementasikan oleh para petani lokal. Dalam pelaksanaan program ini, mahasiswa memperkenalkan perangkat monitoring yang dapat membantu para petani muda untuk mengoptimalkan penggunaan pupuk dan irigasi sesuai dengan kondisi tanah. Sensor pH tanah berfungsi untuk mengukur tingkat keasaman tanah, yang sangat berpengaruh terhadap penyerapan nutrisi oleh tanaman cabe. Sementara itu, sensor kelembapan tanah memberikan informasi tentang kadar air dalam tanah, yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pengaturan irigasi, sehingga tanaman dapat tumbuh optimal tanpa mengalami kekeringan atau kelebihan air. Nilai pembacaan kedua sensor secara real-time nantinya akan langsung muncul pada LCD I2C yang telah dipasang. Pada alat ini juga digunakan baterai yang dapat diisi ulang sehingga para anggota kelompok dapat menggunakan alat ini dimana saja walaupun tidak ada sumber listrik.
Selain itu Ilham juga melakukan edukasi mulai dari bagaimana penggunaan, serta perawatan karena nantinya prototipe ini pasti akan digunakan banyak anggota dan di lingkungan yang mungkin bisa menyebabkan eror pada sistem sehingga penting dilakukan edukasi tentang perawatan. ”Perawatan sistem ini sebenernya tidak terlalu rumit, selama setelah penggunaan alat sensor langsung dibersihkan dan sensor maupun prototipe tidak terkena air secara langsung alat monitoring ini akan bertahan lama. Juga untuk perawatan baterai harus dicharge secara berkala dan usahakan jangan sampai baterai habis agar baterai awet” ujarnya.
Program ini diharapkan tidak hanya memberikan manfaat langsung bagi peningkatan hasil panen, tetapi juga sebagai langkah awal dalam pengenalan teknologi pertanian modern kepada para petani lokal. Dengan demikian, Duasun Krutuk dapat menjadi contoh bagi dusun-dusun lain dalam menerapkan inovasi teknologi untuk kemajuan pertanian yang berkelanjutan.