Oleh: Divi Samagata A.T
Magelang (25/06/2024) Kaum muda menjadi golongan yang sering diasumsikan tidak tertarik dengan kajian atau isu politik karena mereka menganggap perbincangan seperti itu dapat memantik perselisihan, baik dalam lingkup pertemanan maupun keluarga (Tempo, 2019). Selain itu, Cania seorang vlogger politik dalam acara kampanye “100 persen Indonesia nyoblos” mengatakan jika ada kaum muda yang enggan membahas politik sehingga memilih menjauh dari bahasan tersebut karena menganggap politik tidak jelas. Beliau juga menyebutkan bentuk ketidakjelasannya terlihat saat pembahasan menjelang pemilu karena dianggap tidak berisi sehingga tercipta ketidakjelasan pada orientasi berpikir anak muda.
Parahnya, ditemukan kaum muda yang tidak paham politik, bahkan bisa dikatakan buta tentang politik dan memilih golput saat pemilihan umum. Hal ini membuktikan bahwa ketidaktertarikan yang disejajari ketidakpahaman politik menimbulkan dampak destruktif terhadap proses pembentukan tanggungjawab pemuda sebagai pemilih pemula. Cara pandang pemuda hanya sebatas mereka wajib datang ke lokasi pengambilan suara (TPS) dan memilih kandidat. Padahal kegiatan memilih kandidat bukan sekadar aksi cek list semata, tetapi ada muatan politik di dalamnya dimana hal itu akan mengantarkan mereka untuk memilih pemimpin masa depan.Masalah umum mengenai penurunan pemahaman politik kaum muda juga diperparah dengan hadirnya digitalisasi yang memungkinkan mereka mendapatkan informasi secara cepat namun tidak selalu berita dan informasi yang didapat bersifat valid. Menjelang pemilu, banyak berita-berita palsu yang masuk dalam kategori black campaign atau negative campaign. Bagaimana cara kaum muda dalam menghadapi serangan berita palsu (hoax) politik ini diberikan oleh Divi Samagata A.T, seorang mahasiswa KKN TIM II UNDIP di Desa Sukorejo, Kabupaten Magelang.
Edukasi berjudul “Pemilih Cerdas, Bijak Bersosial Media” dilakukan di MA Birrul Ummah kepada siswa kelas 11 dan 12 yang masuk dalam kategori pemilih pemula. Disampaikan cara-cara mengenali hoax menjelang pemilu, bahaya hoax, serta disampaikan pula contoh-contoh hoax yang beredar menjelang pemilihan presiden 2024 menurut laporan Kominfo.
Tips agar terhindar dari hoax:
1. Saring Sebelum Sharing
2. Periksa Sumber Berita
3. Waspadai Judul Sensasional
4. Tingkatkan Literasi Digital
Divi juga menyampaikan mengenai edukasi hoax bagi ibu-ibu di Desa setempat pada Minggu, 4 Agustus 2024. Jenis hoax yang disampaikan berbeda dari yang disampaikannya di MA Birrul Ummah, dimana pada 4 Agustus disampaikan hoax dan ancaman-ancaman digital seperti peretasan, scam, dan phising. Hal ini dilakukan dengan melihat masyarakat sekitar sudah melek teknologi dan sering menggunakan gadget untuk kebutuhan sehari-hari. Akan tetapi, penggunaan gadget ini tidak diiringi dengan pemahaman yang cukup terkait berita palsu dan berbahaya. Upaya pencegahan dirasa perlu dilakukan mengingat banyaknya kalangan orang tua yang seringkali mendapatkan dampak negatif dari adanya ancaman-ancaman digital dan berita bohong pada platform sosial media.