Sukorejo.Berkarakter 20/01/2020
Indonesia merupakan negara agraris. Banyak tumbuh pohon kelapa di negara kepulauan ini. Indonesia menghasilkan kelapa yang cukup banyak yaitu 3 juta ton per tahun.
Limbah tempurung kelapa yang dihasilkan sekitar 360 ribu ton per tahun. Namun demikian, pemanfaatan limbah tempurung kelapa belum banyak dilakukan.
Sebagian besar limbah tempurung kelapa dimanfaatkan untuk bahan bakar secara langsung yang dapat meningkatkan polusi udara. Hal ini karena hasil pembakaran mengandung zat volatil yang cukup banyak.
Fakta tersebut mendorong Muhammad Irsan B, mahasiswa Magister Teknik Kimia UGM, guna melakukan penelitian terkait limbah tempurung kelapa. Ia berusaha mewujudkan idenya untuk membuat limbah tempurung kelapa menjadi bahan bakar yang ramah lingkungan.
Caranya adalah melalui proses konversi termokimia. Pembuatan bahan bakar ramah lingkungan dari limbah tempurung kelapa menggunakan salah satu proses konversi secara termokimia, yaitu hidrotermal karbonisasi.
Dalam prosesnya, ia menggunakan dua bahan baku utama, yaitu tempurung kelapa dan air.
“Perbandingan yang digunakan antara biomassa dan air (B/W rasio) yaitu 1:20, 2:20, dan 3:20 dengan suhu operasi yang digunakan yaitu 240, 270, 300, dan 330 0C,” ungkapnya dalam tesis yang berjudul Hydrothermal Treatment Limbah Tempurung Kelapa Menjadi Bahan Bakar Padat, tahun 2018.
Selama proses tersebut dihasilkanlah arang yang berkualitas tinggi. Irsan mengungkapkan bahwa semakin tinggi suhu yang digunakan, maka arang yang dihasilkan akan semakin kering dan mudah terbakar.
Dari penelitian tersebut, terbukti bahwa limbah tempurung kelapa dapat diubah menjadi sesuatu yang bernilai guna. Arang dari tempurung kelapa dapat menjadi energi alternatif pagi perusahaan rumahan pengolah kelapa, maupun konsumsi rumah tangga.